BABA III PROSES
PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH KONSUMEN
A.
MODEL
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Model Perilaku
Pengambilan keputusan
·
Model Ekonomi
Dikemukakan oleh ahli ekonomi klasik dimana keputusan
orang itu rasional, yaitu berusaha mendapatkan keuntungan marginal sama dengan
biaya marginal atau untuk memperoleh keuntungan maksimum
·
Model Manusia Administrasi
Dikemukan oleh Herbert A. Simon dimana lebih
berprinsip orang tidak menginginkan maksimalisasi tetapi cukup keuntungan yang
memuaskan
·
Model Manusia Mobicentrik
Dikemukakan oleh Jennings, dimana perubahan merupakan
nilai utama sehingga orang harus selalu bergerak bebas mengambil keputusan
·
Model Manusia Organisasi
Dikemukakan oleh W.F. Whyte, model ini lebih
mengedepankan sifat setia dan penuh kerjasama dalam pengambilan keputusan
·
Model Pengusaha Baru
Dikemukakan oleh Wright Mills menekankan pada sifat
kompetitif
·
Model Sosial
Dikemukakan oleh Freud Veblen dimana menurutnya orang
seringb tidak rasional dalam mengambil keputusan diliputi perasaan emosi dan situsai
dibawah sadar.
2. Model Preskriptif dan
Deskriptif
Fisher mengemukakan bahwa pada hakekatnya ada 2 model
pengambilan keputusan, yaitu:
·
Model Preskriptif
Pemberian resep perbaikan, model ini menerangkan bagaimana kelompok
seharusnya mengambil keputusan.
·
Model Deskriptif
Model ini menerangkan bagaimana kelompok mengambil keputusan tertentu.
Model preskriptif berdasarkan pada proses yang ideal sedangkan model deskriptif
berdasarkan pada realitas observasi
Disamping model-model
diatas (model linier) terdapat pula model Spiral dimana satu
anggota mengemukakan konsep dan anggota lain mengadakan reaksi setuju tidak
setuju kemudian dikembangkan lebih lanjut atau dilakukan “revisi” dan
seterusnya.
B.
TIPE-TIPE
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pada dasarnya
tipe-tipe pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua hal, yaitu:
·
Keputusan yang
diprogramkan
Keputusan yang diprogramkan merupakan
keputusan yang direncanakan sesuai dengan kebiasaan, aturan, atau prosedur yang
berlaku. Biasanya hasil atau dampak dari keputusan ini tidak mengejutkan karena
cenderung berulang-ulang dan lebih bersifat rutinitas. Kehadiran keputusan ini
sering dengan mudah dapat diantisipasi sebelumnya oleh karyawan. Untuk lebih
jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini: Kegiatan audit mutu
internal, Rapat tinjauan manajemen, Pemeliharaan rutin, Pemeliharaan suku
cadang secara rutin, Mengikuti pelatihan yang direncanakan.
·
Keputusan yang
tidak diprogramkan
Keputusan
yang tidak diprogramkan merupakan keputusan yang tidak direncanakan sebelumnya.
Biasanya berkenaan dengan masalah-masalah baru dan bersifat khusus. Dalam
menangani tipe keputusan ini, pimpinan cenderung menggunakan pertimbangan,
intuisi, dan kreativitas. Tipe keputusan ini relatif lebih sulit dibandingkan
dengan keputusan yang diprogramkan. Waktunya sering tidak bisa diduga, bersifat
darurat dan segera sehingga cukup menyulitkan pimpinan dalam mengambil
keputusan. Untuk lebih jelasnya dapat diberikan contoh dari tipe keputusan ini:
Keluhan dari pelanggan, Keterlambatan distribusi ke pelanggan, Kerusakan mesin
yang berakibat fatal, Pengunduran diri personel inti, Unjuk rasa dan pemogokan
karyawan.
C. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMECAHAN
MASALAH
Faktor-faktornya
antara lain :
·
Masalah sederhana
( simple problem ) CORAK/JENIS MASALAH
ü
Ciri : Berskala
besar, tidak berdiri sendiri ( memiliki kaitan erat dengan masalah lain )
mengandung konsekuensi besar pemecahannya memerlukan pemikkiran yang tajam dan
analisis .
ü
Scope : pemecahan
masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf
pembantunya
ü
Jenis : Masalah
yang terstruktur ( structured problems ) dan masalah yang tidak terstruktur (
unstructured problems )
·
Masalah rumit (
complex problems ) CORAK/JENIS MASALAH
ü
Definisi : masalah
yang jelas faktor penyebabnya, bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali
sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang
bersifat rutin, repetitif dan dibakukan.
ü
Contoh : pengajian, kepangkatan dan pembinaan pegawai,
masalah perijinan dll
ü
Sifat pengambilan
keputusan : relatif lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan
penyusunan metode / prosedur / program tetap
·
Masalah yang
terstruktur
ü
Definisi :
penyimpangan dari masalah yang bersifat umum, tidak rutin , tidak jelas faktor
penyebab dan konseukuensinya serta tidak repertitif kasusnya.
ü
Sifat pengambilan
keputusan : relatif lebih sulit dan lebih lama diperlukan teknik pk yang
bersifat non-programmed decision making
·
Masalah yang
tidak terstruktur
Pendefinisian
masalah yang baik :
ü
Fakta dipisahkan
dari opini atau spekulasi
ü
Data objek
dipisahkan dari presepsi
ü
Semua pihak yang
terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi
ü
Masalah harus
dinyatakan secara eksplisit atau tegas , untuk menghindarkan dari pembuatan
definisi yang tidak jelas
ü
Definisi yang
harus dinyatakan dengan jelas adanya ketidak sesuaian antara sekunder atau
harapan yang telah ditetapkan dan kenyataan yang terjadi
ü
Definisi yang
dibuat harus dinyatakan dengan jelas pihak-pihak yang terkait atau
berkepentingan dengan terjadinya masalah
ü
Definisi yang
dibuat bukanlah severti sebuah solusi yang samar
D.
PEMBELIAN
1.
Proses keputusan membeli
·
Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian
bermula dari pengenalan kebutuhan (need
recognition)-pembelian, mengenali
permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang
diinginkan. Kebutuhan itu dapat dipicu oleh stimulus
internal ketika salah satu kebutuhan normal-lapar, haus, seks, naik ke
tingkatan yang cukup tinggi sehingga menjadi pendorong.
Contoh : Dalam keadaan terdesak, misalnya di tempat
rekreasi, Haus akan memaksa seseorang mengharuskan untuk membeli air minum
mineral sesuai yang tersedia di tempet tersebut, sehingga konsumen secara
langsung melakukan proses pengenalan
terhadap produk.
·
Pencarian Informasi
Konsumen dapat
memperoleh informasi dari berbagai sumber. Sumber itu meliputi sumber pribadi
(keluarga, teman, tetangga, rekan kerja), sumber komersial (iklan, penjual, pengecer, bungkus, situs Web, dan
lain-lain), sumber publik (media massa, organisasi pemberi peringkat), dan sumber berdasarkan pengalaman (memegang,
meneliti, menggunakan produk). Pengaruh relatif di antara sumber informasi itu
berbeda-beda di antara berbagai produk dan pembeli.
Konsumen biasanya
menerima sebagian besar informasi dari sumber komersial.-yang dikendalikan oleh
pemasar. Namun demikian, sumber yang paling efektif cenderung yang bersifat
pribadi. Sumber komersial biasanya memberikan informasi kepada pembeli, sedangkan
sumber pribadi memberikan legitimasi atau mengevaluasi produk bagi pembeli.
Seseorang terkadang meminta orang lain-teman, keluarga, rekan kerja dan para
profesional-supaya merekomendasikan produk atau jasa. Oleh karena itu,
perusahaan mempunyai ketertarikan yang kuat untuk membangun sumber pemasaran
getok tular (word of mouth sources).
·
Pengevaluasian Alternatif
Bagaimana cara
konsumen memilih dari alternatif merek yang ada? Pemasar perlu memahami proses
pengevaluasian alternatif-yakni, cara konsumen memproses informasi yang
menghasilkan berbagai pilihan merek. Sayangnya, konsumen tidak melakukan satu
evaluasi secara tunggal dan sederhana, tetapi konsumen mungkin melakukan
beberapa proses avaluasi.
Contoh : konsumen akan memilih produk air mineral mana
yang memiliki mutu yang lebih baik, maupun harga yang lebih terjangkau.
·
Keputusan Pembeli
Di tahap
pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat merek dan membentuk kecenderuangan
(niat) pembelian. Secara umum, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek
yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang muncul diantara kecenderungan
pembelian dan keputusan pembelian.
Faktor pertama
adalah sikap orang lain
Contoh : Jika
seseorang sangat merasa harus
membeli air mineral yang harganya paling murah, maka kesempatan dia untuk membeli air mineral mahal akan berkurang.
Faktor kedua Adalah faktor situasi tak terduga.
Konsumen mungkin
membentuk kecenderungan pembelian berdasar pada pendapatan yang diharapkan,
harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun, keadaan tak terduga dapat
mengubah kecenderungan pembelian.
Contoh : Seseorang mendapat pujian akan hasil atau manfaat dari
mengkonsumsi air mineral, sehingga hal itu akan memotifasi untuk mengadakan
pembelian ulang.
·
Perilaku Setelah Pembelian
Konsumen yang tidak puas memberikan tanggapan secara
berbeda. Konsumen yang puas, secara rata-rata, akan berbicara kepada tiga orang
mengenai baiknya pengalaman mereka mengenai produk, sedangkan konsumen yang
tidak puas akan mengeluh ke 11 orang. Bahkan, suatu studi menunjukkan bahwa 13
persen orang yang mempunyai masalah dengan organisasi tertentu mengeluh tentang
organisasi tersebut ke lebih dari 20 orang. Jadi, berita buruk dari mulut ke
mulut berjalan lebih cepat daripada berita baik dari mulut ke mulut dan dapat
dengan cepat merusak sikap konsumen terhadap perusahaan dan produknya. Contoh : bila suatu
produk air mineral mengecewakan, maka konsumen akan berbicara dari mulut
kemulut soal kejelekan hal tersebut lebih banyak dari pada manfaatnya.
2. Memilih
alternatif terbaik
Setiap konsumen akan menganalisa setiap produk yang
pernah ia gunakan, maka secara otomatis akan terjadi pemiliihan produk mana
yang terbaik.
Contoh : seorang konsumen akan memilih untuk membeli air
mineral yuang memiliki harga yang murah, di samping itu kualitas juga tidak di
sepelekan.
3.
Memilih sumber-sumber pembelian
·
Sumberdaya
ekonomi
Segala sesuatu
sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors)
maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai
modal dasar pembangunan (ekonomi)
·
Sumberdaya
sementara
Waktu menjadi
variabel yang semakin penting dalam memahami perilaku konsumen. Karena konsumen mayoritas semakin mengalami
kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada suatu bagian waktu yang dihabiskan
untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu waktu senggang.
E.
DIAGNOSA
PERILAKU KONSUMEN
Pemahaman
akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal, yaitu :
1.
Untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang
baik, misalnya menentukan kapan
saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.
saat yang tepat perusahaan memberikan diskon untuk menarik pembeli.
2.
Perilaku konsumen dapat membantu pembuat
keputusan membuat kebijakan
publik.Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan
transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket
transportasi di hari raya tersebut.
publik.Misalnya dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan
transportasi saat lebaran, pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket
transportasi di hari raya tersebut.
3.
Pemasaran sosial (social marketing), yaitu penyebaran
ide di antara konsumen.
Dengan
memahami sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan
ide dengan lebih cepat dan efektif. Terdapat tiga pendekatan utama dalam
meneliti perilaku konsumen :
1.
Pendekatan pertama adalah pendekatan
interpretif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal
yang mendasarinya. Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus
group discussion untuk memahami apa makna sebuah produk dan jasa bagi konsumen
dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan menggunakannya.
2.
Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional
yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan
behaviorial serta dari ilmu sosiologi.Pendekatan ini bertujuan mengembangkan
teori dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen.
Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori dan
mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses informasi,
membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku konsumen.
3.
Pendekatan ketiga disebut sebagai sains
marketing yang didasari pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika.
Pendekatan ini dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika
untuk memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan perilaku
konsumen.
Ketiga
pendekatan sama-sama memiliki nilai dan memberikan pemahaman atas perilaku
konsumen serta strategi marketing dari sudut pandang dan tingkatan analisis
yang berbeda. Sebuah perusahaan dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh
pendekatan, tergantung permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar