Pengertian Metode Ilmiah
Metode
ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh
pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan
pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena
alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan
melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis
tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Karakterisasi
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti. Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan; pengamatan yang dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan/atau perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat dilakukan dalam suatu tempat yang terkontrol, seperti laboratorium, atau dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia. Proses pengukuran sering memerlukan peralatan ilmiah khusus seperti termometer, spektroskop, atau voltmeter, dan kemajuan suatu bidang ilmu biasanya berkaitan erat dengan penemuan peralatan semacam itu. Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam tabel, digambarkan dalam bentuk grafik, atau dipetakan, dan diproses dengan perhitungan statistika seperti korelasi dan regresi. Pengukuran dalam karya ilmiah biasanya juga disertai dengan estimasi ketidakpastian hasil pengukuran tersebut. Ketidakpastian tersebut sering diestimasikan dengan melakukan pengukuran berulang atas kuantitas yang diukur
Langkah-Langkah metode ilmiah
Langkah-langkah yang terdapat pada
metode ilmiah antara lain:
- Memilih dan mendefinisikan masalah
- Survey terhadap data yang tersedia
- Memformulasikan hipotesa
- Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa
- Mengumpulkan data primer
- Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi
- Membuat generalisasi dan kesimpulan
- Membuat laporan
Pelaksanaan metode ini meliputi enam
tahap, yaitu :
- Merumuskan masalah.
- Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan masalah. Sering juga disebut mengkaji teori atau kajian pustaka.
- Menyusun hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara yang berdasarkan data atau keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.
- Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.
- Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistic untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidk dipengaruhi subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal.
- Menguji kesimpulan untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan dan perlu juga dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji mendukung hipotesis, maka hipotesis itu bias menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.
Contoh Kasus
SITUBONDO, KOMPAS.com - Setelah satu pekan harga bawang putih terus merangkak naik
hingga mencapai ke level Rp 100 ribu perkilogram, dua hari terakhir
ini harga komoditi tersebut mulai turun hingga ke level Rp 40 ribu
perkilogram di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Situbondo, Jawa
Timur, Minggu.
Penurunan
harga tersebut terjadi setelah pasokan bawang putih ke Situbondo mulai lancar
dan stabil. Selain itu, harga bawang merah kualitas super juga ikut-ikutan
turun dari harga sebelumnya yang mencapai ke level Rp 40 ribu perkilogram,
saat ini menjadi Rp 25 ribu perkilogram.
Menurut
Aminah (47), salah seorang pedagang pasar tradisional, turunnya harga
bawang putih karena pasokan bawang putih mulai lancar dari pengepul ke
pedagang.
"Saat
ini pasokan bawang putih dari pengepul sudah mulai lancar ke
sejumlah pedagang di Situbondo, sehingga dengan banyaknya setok bawang putih,
kondisi tersebut mempengaruhi turunnya harga bawang putih. Apalagi informasinya
pemerintah sudah mulai melakukan impor bawang putih," terangnya, Minggu
(17/3/2013).
Meski harga
bawang putih dan bawang merah diketahui sudah mulai turun dalam dua
terakhir ini, namun harga dua komoditi tersebut masih dikeluhkan oleh warga.
"Meski
harganya mulai turun, namun harga bawang putih sebesar Rp 40 ribu
perkilogram itu masih memberatkan kalangan ibu rumah tangga. Selain itu, harga
bawang merah sebesar Rp 25 ribu perkilogramnya juga masih mahal. Dengan masih
mahalnya dua komoditi tersebut, saya terpaksa membeli dengan
cara eceran. Padahal sebelum harganya naik, saya membeli setengah kilogram
setiap minggunya," ujar Mardiyah (46), salah seorang ibu rumah tangga
Desa/Kecamatan Mangaran.
Editor
:
Benny
N Joewono
Analisis Metode Ilmiah
·
Pengambilan
Konsep
“Kenaikan harga
bawamg putih”
·
Kesimpulan
sementara (Hipotesis)
Setelah satu pekan
harga bawang putih terus merangkak naik hingga mencapai ke level Rp
100 ribu perkilogram, dua hari terakhir ini harga komoditi tersebut mulai
turun hingga ke level Rp 40 ribu perkilogram di sejumlah pasar tradisional
di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Minggu.
·
Verifikasi
atau pembuktian hipotesis
Penurunan harga
tersebut terjadi setelah pasokan bawang putih ke Situbondo mulai lancar dan
stabil. Selain itu, harga bawang merah kualitas super juga ikut-ikutan turun
dari harga sebelumnya yang mencapai ke level Rp 40 ribu perkilogram, saat
ini menjadi Rp 25 ribu perkilogram.
Menurut Aminah (47), salah seorang
pedagang pasar tradisional, turunnya harga bawang putih karena pasokan
bawang putih mulai lancar dari pengepul ke pedagang.
"Saat ini pasokan bawang putih dari
pengepul sudah mulai lancar ke sejumlah pedagang di Situbondo,
sehingga dengan banyaknya setok bawang putih, kondisi tersebut mempengaruhi
turunnya harga bawang putih. Apalagi informasinya pemerintah sudah mulai
melakukan impor bawang putih," terangnya, Minggu (17/3/2013).
Meski harga bawang putih dan bawang merah
diketahui sudah mulai turun dalam dua terakhir ini, namun harga dua
komoditi tersebut masih dikeluhkan oleh warga.
"Meski harganya mulai turun, namun harga
bawang putih sebesar Rp 40 ribu perkilogram itu masih memberatkan kalangan
ibu rumah tangga. Selain itu, harga bawang merah sebesar Rp 25 ribu
perkilogramnya juga masih mahal. Dengan masih mahalnya dua komoditi tersebut,
saya terpaksa membeli dengan cara eceran. Padahal sebelum harganya
naik, saya membeli setengah kilogram setiap minggunya," ujar Mardiyah
(46), salah seorang ibu rumah tangga Desa/Kecamatan Mangaran.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar